PUAN DENGAN KESETARAAN GENDERNYA
- Siti Nur Khofifah
- Jun 13, 2022
- 2 min read
Updated: Jun 22, 2022
Ia menambahkan, untuk mengedukasi perempuan mengenai kesetaraan gender ini memanglah tidak mudah, tetapi konteks ini perlu dipahami dengan baik. Ruang lingkup keluarga menjadi salah satu momen dimana kesetaraan gender terjadi.

Sumber: unsplash
Gender adalah perbedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, serta terbagi menjadi peran produktif, peran reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan.
“Stigma bahwa perempuan harus mengerjakan semua pekerjaan rumah adalah stigma kuno. Laki-laki harus ikut andil, perempuan dalam konteksnya itu membantu.”—Siti Napsiyah
Islam memiliki pandangan yang menarik mengenai kesetaraan gender. Di mana laki-laki dan perempuan memiliki posisinya masing-masing, sesuai dengan fitrahnya masing-masing—tanpa ada ketimpangan.
BACA JUGA: AREUM YOO: MASIH 19 TAHUN JADI FOUNDER, WHY NOT?
Pandangan ini diungkapkan oleh Ketua Korps IMMAWATI Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Ciputat, Uzlifatul Zulkarima mengatakan bahwa kesetaraan gender dalam Islam dapat dilihat dari seseorang memperlakukan wanita sebagaimana porsinya.
“Bagaimana sikap kita memuliakan perempuan pada porsinya sebab perempuan dan laki-laki memiliki porsinya masing-masing,” tuturnya saat diwawancarai secara langsung pada Jumat (17/6).
Tiada batas untuk gerak perempuan
Wakil Dekan bidang Akademik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIK), Siti Napsiyah mengungkapkan bahwa tidak ada yang membatasi ruang gerak perempuan untuk mencapai kesetaraan gender.
“Jangan patah semangat dan merasa ada yang membatasi. Saya bilang keluarga, suami saya tidak ada membatasi, semuanya mendukung. Jadi, apa pun alasannya terus belajar,” pesannya yang dikutip dari kanal YouTube DNK TV UIN Jakarta.
Ia menambahkan, untuk mengedukasi perempuan mengenai kesetaraan gender ini memanglah tidak mudah, tetapi konteks ini perlu dipahami dengan baik. Ruang lingkup keluarga menjadi salah satu momen dicmana kesetaraan gender terjadi.
“Stigma bahwa perempuan harus mengerjakan semua pekerjaan rumah adalah stigma kuno. Laki-laki harus ikut andil—perempuan dalam konteksnya itu membantu, tegasnya dikutip dari kanal YouTube DNK TV UIN Jakarta.
Editor : Fayza Rasya
Ilustrasi : unsplash
tulisan yang keren. Sukses ya tim redaksi Suara Parapuan!