top of page

AREUM YOO: MASIH 19 TAHUN JADI FOUNDER, WHY NOT?

  • Writer: Dinda Annaf Salsabila
    Dinda Annaf Salsabila
  • Jun 13, 2022
  • 2 min read

Updated: Jun 22, 2022

Perjalanan Areum menuju titik saat ini tentu tidak mudah. Areum bercerita, awalnya ia seorang yang tidak peduli sama sekali dengan masa depannya, bahkan pendidikannya.


Sumber: Pribadi


Gadis yang sudah berkecimpung di dunia relawan pendidikan sejak usia 19 tahun bernama lengkap Areum Alessandra. Saat ini, Areum menjadi mahasiswi Fakultas Hukum di Universitas Indonesia.


To be a leader, don’t follow the norma, it’s a follower. Build your own organization.”—Areum Yoo

Tidak hanya giat di bidang pendidikan anak, Areum juga aktif menjadi pembicara di Model United Nation (MUN) serta salah satu founder dari Non-Government Organization (NGO) bernama HandToHand yang berlanjut sampai saat ini.


Perjalanan Areum menuju titik saat ini tentu tidak mudah. Areum bercerita, awalnya ia seorang yang tidak peduli sama sekali dengan masa depannya, bahkan pendidikannya.



Sampai suatu waktu Areum mendapatkan titik balik di tahun akhir sekolah menengah atas (SMA)-nya. Ia memulai kebiasaan baru dan mengganti aktivitas sehari-harinya menjadi lebih sehat dan produktif.


“Dulu, aku paling malas belajar dan enggak peduli sama masa depan. Sampai akhirnya melihat temanku mempersiapkan diri untuk kuliah, sedangkan aku belum literally had nothing. Sempat panik, but that’s my turning point to become a better me,” ujarnya saat diwawancara online melalui Zoom Meeting pada Sabtu (4/6).


Di tahun terakhir SMA-nya jugalah Areum mendirikan organisasi non-pemerintah, HandToHand. Sebuah organisasi yang berjalan di bidang pendidikan, dan dikhususkan untuk anak-anak. HandToHand menjadi sebuah platform untuk para Gen Z Indonesia memperjuangkan hak dan kesetaraan pendidikan di Indonesia.


Zona nyaman adalah jebakan

“Banyak Generasi Z yang tidak sadar bahwa mereka berada di sebuah gelembung yang nyaman. Padahal, untuk menjadi “high achiever”, mereka harus keluar. Sebab, dari ketidaknyamanan tersebut, kita tumbuh dan beradaptasi. Winners are comfortable in discomfort,” jawabnya saat ditanya perihal perjuangan Gen Z yang menjadi penerus estafet agent of change.


Areum mengajak Gen Z mematahkan stigma bahwa sukses hanya bisa diraih umur di umur 25—30 tahun. “To be a leader, don’t follow the norma, it’s a follower. Build your own organization,” tambahnya lagi.


Ia juga berpesan untuk terus mengejar mimpi. Jangan kehilangan peluang karena fear out missing out (FOMO). Untuk mencapai target tersebut, Gen Z harus memiliki referensi agar tidak terombang-ambing dan mempunyai tujuan yang jelas.


“Tidak ada orang yang benar-benar siap untuk melakukan sesuatu. Sebagai Gen Z kita harus mengambil risiko, justru pelajarannya ada di perjalanannya,” tutupnya sebagai closing statement.


Di akhir wawancara Areum menyampaikan, globalisasi terus berjalan. Maka dari itu, Generasi Z sudah tidak mempunyai alasan lagi untuk tidak berkembang sebab semuanya akan terasa mengerikan sampai dicoba dan dilakukan. Daripada penasaran, lebih baik dicoba saja.


Editor : Rama Dhianti

Foto : Pribadi


Commentaires


bottom of page