GENDERFLUID DAN DEKAPAN ERAT YANG TERBAYANG
- Fayza Rasya
- Jun 13, 2022
- 2 min read
Updated: Jun 22, 2022
Lia juga mengungkapkan masih banyak orang yang masih belum paham apa itu genderfluid karena minimnya edukasi luas tentang seksualitas, gender, dan lainnya. Mereka beranggapan gender hanya dua dan harus pilih salah satu.

Sumber: unsplash
Berjuang menerima berbagai stigma buruk yang selalu dilontarkan kepada mereka, teman genderfluid pun terpaksa menelan berbagai lontaran perkataan buruk dari sekitar dengan ketidaknyamanan yang bergolak.
“Saya berharap genderfluid di luar sana tidak didiskriminasi atau dipertanyakan keberadaannya karena genderfluid adalah hal yang valid bagi setiap orang yang melabeli dirinya genderfluid."—Elita Yulistia
TANGERANG SELATAN, suarapuan—Salah satu genderfluid yang Puan temui di Twitter adalah Lia (nama samaran). Menurutnya, genderfluid adalah pendeskripsian seseorang yang merasa bahwa ia bisa berganti-ganti identitas gendernya setiap waktu.
“Jadi, kita tidak perlu merasa fit in dalam society yang umumnya hanya mengenal dua gender saja karena ada istilah genderfluid yang mendeskripsikan diri,” ujarnya saat diwawancarai secara online melalui pesan langsung Twitter pada Jumat (27/5).
Ia kerap kali merasakan gender dysphoria karena bingung akan identitas gendernya dan gender itu bisa berubah seiring waktu—sesuai kenyamanannya saat menerima diri sendiri jika dalam fase tersebut.
“Saat melabeli dengan genderfluid, saya merasa lebih menerima diri sendiri. Mulai dari segi berpakaian, pronounce yang tepat, dan kebingungan yang dihadapi sirna,” imbuhnya pada Jumat (27/5).
Lia juga mengungkapkan masih banyak orang yang masih belum paham apa itu genderfluid karena minimnya edukasi luas tentang seksualitas, gender, dan lainnya. Mereka beranggapan gender hanya dua dan harus pilih salah satu
BACA JUGA: KARTINI: PEREMPUAN DAN HAK YANG DIPELUKNYA
Ia melanjutkan—meskipun begitu, masih banyak orang di sekitarnya yang respek dan mencoba mengerti apa itu genderfluid saat ia berusaha menjelaskan kepada mereka secara ringkas.
“Saya berharap genderfluid di luar sana tidak didiskriminasi atau dipertanyakan keberadaannya karena genderfluid adalah hal yang valid bagi setiap orang yang melabeli dirinya genderfluid,” harapannya di akhir wawancara pada Jumat (27/5)
Lia juga sangat berharap agar lingkungannya dapat lebih melek perihal identitas gender, sehingga tidak memandang rendah genderfluid maupun identitas gender lainnya sebagai rasa kemanusiaan.
Merasa kesulitan saat bersama keluarga
Hal senada juga dirasakan oleh genderfluid yang Puan temui di Twitter bernama samaran Alex. Ia juga tidak nyaman atas gender yang ditentukan saat lahir serta bingung akan jati dirinya.
“Keluarga saya ketat, religius, serta berpikiran sempit pasti menolak mentah (pilihan hidupnya). Saya merasa terkekang mengekspresikan diri,” ceritanya saat diwawancarai online melalui pesan langsung Twitter pada Kamis (9/6).
Alex juga sangat bersyukur temannya mengerti, menerima, dan menanggapi keadaannya dengan terbuka dan sangat baik. Ada juga sepupunya yang mendukungnya dan menganggap keputusannya itu dengan serius.
Elita Yulistia selaku aktivis gender terus terang menghargai keputusan genderfluid, bukan berarti ia mendukung sepenuhnya—berangkat dari alasan mengapa memutuskan genderfluid. Ia juga lebih memilih untuk bergaul sekadarnya saja.
“Genderfluid yang hanya bergaul sesamanya, maka susah diubah sebab dukungan lingkungannya,” imbuhnya saat diwawancarai online melalui pesan langsung Instagram pada Jumat (10/6).
Editor : Siti Nur Khofifah
Ilustrasi : unsplash
コメント